Ada sebuah kisah nyata, dimana ada seorang gadis cantik dari keluarga islami yang disukai oleh 2 orang lelaki. Usia si gadis sudah menginjak dewasa, usia siap menikah, dan orang tua si gadis menyuruh segera untuk menikah. Si gadispun mengatakan kepada orang tuanya jika ada dua orang calon yang ingin menikahinya, lalu disepakati siapa yang duluan melamar dan berani menikah maka ia akan menikah dengannya.
Singkat cerita si gadis menikah dengan lelaki pertama yang lebih dahulu melamarnya, meskipun sebenarnya ia tak menyukainya, ia lebih menyukai lelaki kedua, tapi karena orang tuanya menyuruh menikah dengan yang lebih dahulu melamar dan siap menikah, maka ia menikah dengan lelaki perama yang bukan harapannya.
Setelah beberapa tahun menikah, rumah tangga si gadis goncang karena ternyata lelaki pertama ini tak sesuai harapan, ia kurang bertanggung jawab, hingga akhirnya terjadi perceraian. Dan setelah dua tahun bercerai ternyata lelaki kedua yang dicintai si gadis itu datang melamar. Kemudian mereka menikah dan bahagia.
Salah sangka
Banyak orang menyangka bahwa apa yang dilakukan si gadis, yaitu menikah dengan lelaki pertama dan berakhir dengan perceraian itu dianggap sebagai salah langkah, karena ternyata terjadi perceraian. Seharusnya ia menikah dengan lelaki kedua yang dicintainya, toh buktinya ia bahagia sekarang dengan lelaki yang kedua.
Anggapan seperti ini adalah salah, karena akibat itu bukan melulu dari penyebab yang salah. Bisa jadi sebab yang benar berakibat keburukan sementara, atau bahkan sebab yang buruk bisa jadi berakibat kebaikan yang sementara. Jadi hasil itu tak bisa dijadikan tolak ukur benar atau salah.
Mari kita belajar dari peristiwa nabi Musa dan Fir’aun. Bukankah nabi Musa mendakwahkan kebenaran ? Tapi apa yang didapat dari Fir’aun atas dakwahnya ? Ujian yang sangat berat.
“Dan ingatlah ketika Kami menyelamatkan kalian dari keluarga Fir’aun, (dimana) mereka menimpakan kepada kalian siksaan yang berat (karena dakwah tauhid nabi Musa), mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu. Dan yang demikian itu merupakan cobaan dari Tuhanmu yang sangat berat (bagimu).” (QS. 2 : 49)
Tidak ada keburukan yang dilakukan oleh nabi Musa, bahkan nabi Musa membawa kebaikan dengan menyadarkan Fir’aun dan keluarganya dari penyimpangan. Tetapi apa yang didapat nabi Musa dan bani Israil ? Siksaan keji dari Fir’aun dan kroni-kroninya. Jadi tak selamanya kebaikan berbalas kebaikan, meskipun jika bersabar pada akhirnya akan dibalas Allah dengan kebaikan sebagaimana kisah nabi Musa diatas.
Hidup itu ujian
Banyak orang ketika berpegang pada jalan agama dan kemudian mendapatkan cobaan, merasa bahwa apa yang dilakukannya itu adalah salah langkah. Cara berfikir seperti ini adalah keliru. Hal yang sama terjadi pada kasus diatas dimana si gadis secara agama telah melakukan langkah yang benar, yaitu memilih yang lebih dahulu melamar karena secara dhahir kwalitas agama keduanya sama. Apalagi mendapat restu dari orang tua.
Lalu bagaimana dengan akhir yang buruk dari pernikahan tersebut ? Semua itu adalah ujian, karena Allah pasti akan selalu menguji hamba-Nya yang melakukan langkah yang benar sesuai syariat untuk menguatkan iman hamba-Nya.
“Apakah manusia mengira mereka akan dibiarkan saja mengatakan “kami telah beriman’, lalu mereka tak diuji atas keimanannya itu ? Sungguh Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka (atas ketaatannya kepada Allah) sehingga Allah mengetahui orang-orang yang benar (dengan pengakuan keimanannya) dan Dia mengetahui orang-orang yang berdusta (atas pengakuan keimanannya). (QS. 29 : 2 – 3)
Ujian adalah pintu kepada kebaikan
Dari pelajaran diatas kita bisa mengambil hikmah bahwa hidup itu tak perlu risau dengan apa kesudahan kita, cukup kita berdoa agar kesudahan hidup kita diberi yang terbaik dunia dan akherat, dengan cara kita melakukan apa yang telah Allah syariatkan. Karena ujian atas ketaatan itu pasti akan berbuah manis dibelakng hari jika kita sabar. Karena Allah tak mungkin menyia-nyiakan ketaatan kita.
“Dan tidak mungkin Allah menyia-nyiakan iman kamu (yang teguh kepada Allah), sesungguhnya Allah itu kepada manusia amat pengasih lagi penyayang (kepada yang beriman).” (QS. 2 : 143)
Jadi jangan salah menyikapi langkah benarmu ketika dihadapkan kepada ujian, tetaplah istiqomah pada jalan benar sesuai ilmu, karena ujian dari Allah adalah jalan kebaikan bagi mereka yang bersabar.