Haji Janmat Sembiring atau sering dikenal dengan Jans Sembiring, ‘tamat’ dari militer, dirinya memutuskan jadi pengusaha. Keputusan terjun ke dunia berbisnis tentu tidaklah mudah. Menurutnya, dalam dunia bisnis, jatuh bangun itu hal biasa. Disitulah dibutuhkan kekuatan mental, inovasi, keberanian, serta jaringan yang kuat. Kondisi demikian pun pernah ia alami. Namun, keyakinan kuat dalam batinnya membuat ia tetap tegak berdiri.
Setelah melewati perjalanan panjang di dunia bisnis, Jans pun kian mantap melangkah. Hingga dirinya mengomandoi perusahaan yang bergerak di bidang pengadaan alat-alat militer. “Saya pernah mengerjakan helm anti-peluru level 3 untuk Marinir. Alhamdulillah, saat tes uji kelayakan dan ketebalan, produk Indonesia lebih unggul dibanding produk dari China dan Korea,” tutur Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DKI Jakarta ini.
Bisnisnya berlanjut, saat ini perusahaannya tengah menghandle pengadaan cooking set untuk militer. Tak hanya itu, ia juga menjabat sebagai Komisaris di salah satu perusahaan swasta yang tengah berkembang pesat dibawah naungan Suri Nusantara Jaya Group.
Prinsip berbisnis
Dalam melakoni bisnisnya, prinsip Jans sangat sederhana. “Jangan tergiur dengan keuntungan, tapi perlu dilihat kebenaran dan keamanan bisnis yang mau dijalani. Jangan termakan iming-iming laba selangit, padahal ada potensi kita masuk penjara, misalnya,” ujarnya.
Dia mengaku, selama menjalani bisnis, dirinya begitu berhati-hati. Selain itu jujur dan tidak mau memperalat orang lain. Baik berbisnis maupun bekerja, Jans selalu melakukannya dengan tulus dan ikhlas. “Kita harus tulus dan ikhlas dalam menjalani pekerjaan dan bisnis. Harus ada kejujuran pada diri sendiri dan orang lain. Juga selalu berbuat baik kepada siapa saja. Perbanyak sedekah,” serunya.
Bersedekah
Kebiasaannya bersedekah telah ia lakoni sejak dulu. Bahkan, di sekitar kediamannya, tiap hari Jumat, ia memberi makan ratusan orang, baik pagi maupun selepas sholat Jum’at. Pun pada setiap bulan Ramadan, rumahnya tidak pernah sepi. Berganti-ganti setiap hari ia mengundang anak yatim, kaum disabilitas, dan warga kurang mampu dari berbagai tempat untuk berbuka puasa di rumahnya.
Ia mengaku kerap menangis dalam hati setiap kali melihat betapa semangatnya warga yang kerap termarjinalkan itu tengah menikmati hidangan buka puasa. Ada sebait rasa syukur dalam hatinya. “Ya Allah, rezeki yang Engkau berikan bukan milik hamba semuanya. Tapi didalamnya ada hak saudara-saudara saya yang kerap termarjinalkan ini,” ucap Jans dalam batinnya.
Selalu bersyukur
Dirinya juga selalu mensyukuri segala yang telah diberikan Allah SWT selama ini. “Keluarga dan anak-menantu dan cucu saya sehat-sehat. Kalau kita mengikuti hawa nafsu tidak akan ada habisnya. Kita tidak boleh melulu melihat terlalu tinggi ke atas, tapi juga harus melihat yang dibawah, supaya bisa bersyukur dengan apa yang kita miliki,” cetusnya.
Jans juga enggan jumawa dengan segala nikmat yang Tuhan berikan. “Kalaupun kita sukses jangan sombong, angkuh, dan pongah. Jadilah pribadi yang bisa mensyukuri segala keberkahan yang diperoleh. Selain itu, kita selalu berbuat baik kepada siapapun yang membutuhkan. Jangan takut jadi miskin karena banyak memberi. Kalau ada orang datang minta tolong jangan pernah kita tolak. Kalaupun kita tidak bisa memberi, minimal kita tidak menyusahkan orang lain,” tandasnya.
Terbukti, sedekah yang rutin ia berikan berbalik beribu kebaikan padanya. “Saya diberi nikmat sehat, mampu beraktifitas kesana-kemari, dan lainnya membuat saya semakin yakin bahwa sedekah yang kita berikan akan berpulang jadi keberkahan bagi kita,” pungkasnya.