Hujan di beberapa kota sudah tidak lagi menumbuhkan tanaman yang menyegarkan, namun justru menimbulkan bencana, banjir, longsor dan penyakit menular.
Air adalah sumber kehidupan. Jika suatu tempat terdapat air, maka bisa dipastikan bahwa tempat itu layak dihuni bagi makhluk hidup. Begitu pun hujan. Jika suatu wilayah sering tertimpa hujan maka di sanalah tumbuh makanan pokok makhluk hidup. Allah berfirman: “Dan Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan menyebarkan rahmat-Nya. Dan Dialah Maha Pelindung, Maha Terpuji.” (QS. Asy-Syura: 28)
Ibnu Katsir dalam Tafsir Ibnu Katsir menyebutkan bahwa hujan bagaikan harapan bagi manusia. Ketika mereka telah berputus asa dari teriknya kehidupan, maka hujan seperti memberikan harapan kepada mereka akan tumbuhnya tumbuhan yang menjadi sumber kehidupan mereka.
Namun ketika kita hidup di perkotaan besar seperti Jakarta, dan kota besar lainnya maka hujan terkadang bukan berarti harapan dan kebaikan. Namun hujan justru sering menimbulkan bencana dan musibah yang mengkhawatirkan.
Hujan menjadi ketakutan
Hujan yang banyak diharapkan manusia akan menumbuhkan tanaman, menambah makanan hewan ternak, membersihkan udara dan menentramkan suasana justru malah menjadi momok yang menakutkan.
Beberapa kota besar di Indonesia yang sering turun hujan adalah contohnya. Hujan telah turun berbulan-bulan namun hawa masih panas, polusi di mana-mana dan sampah semakin menumpuk, namun tanaman dan rumput tak ada yang tumbuh. Bahkan parahnya hujan telah menjadi ketakutan, bukan memunculkan harapan.
Bagaimana tidak, baru hujan beberapa menit saja, air langsung naik hingga menimbulkan banjir, kendaraan harus dipindahkan, alat-alat elektronik juga diamankan sementara hewan-hewan ternak pun ikut hanyut dan mati karena banjir.
Belum lagi longsor yang mengancam diakibatkan jumlah pohon yang semakin menyusut, bangunan yang terancam roboh dan listrik yang bisa terancam korslet dan menimbulkan percikan api. Hujan memang menjadi momok dibandingkan rahmat yang diharapkan.
Pertanda kiamat
Berkurangnya keberkahan hujan yang seharusnya menumbuhkan tanaman, rumput dan pepohonan tapi malah memunculkan berbagai musibah adalah pertanda bahwa zaman ini sedang berada di ujuang episodenya.
Hal ini pun pernah diprediksikan sendiri oleh Baginda Rasulullah SAW dalam sabdanya, “Tidak akan tiba hari Kiamat hingga manusia dihujani dengan hujan secara merata, tetapi bumi tidak menumbuhkan sesuatu.” (HR. Ahmad). Artinya hujan yang turun tersebut tidak memunculkan keberkahan seperti biasanya. Bahkan malah menimbulkan paceklik dan musibah. Dan inilah kekeringan dan paceklik yang sebenarnya, yaitu bukan ketika di tempat kita tidak ada hujan yang turun, tapi ketika hujan turun tapi kesusahan dan kekeringan tetap melanda juga.
Dalam hadits yang lain Nabi SAW bersabda: “Tidak akan terjadi kiamat kecuali setelah turunnya hujan yang menyebabkan banjir besar, ia akan menghancurkan rumah-rumah batu kecuali rumah dari kulit.” (HR. Ibnu Hibban).
Hadits ini juga menceritakan tanda-tanda kiamat yang berasal dari hujan. Akan tetapi fenomena hujan dalam hadits ini diartikan sebagian ulama sebagai banjir yang akan melanda tanah hijaz, dan padang pasir. Menjelang Kiamat, banjir akan turun di Hijaz, khususnya Saudi Arabia. Ia sudah terjadi pada sekarang di mana banjir melanda Jeddah, Riyadh dan wilayah utama yang lain termasuk Mekah dan Madinah. Ia memusnahkan rumah-rumah dan menghanyutkan kendaraan kecuali rumah-rumah orang Badwi. Ini kerana mereka masih duduk di kawasan tinggi bukan di perkotaan.