Masih teringat kejadian banjir yang menimpa sebagian daerah di wilayah Jawa Tengah pada tahun 2023 kemarin. Bermula dari banjir Gubug Grobogan yang dua hari kemudian banjir bandang menimpa daerah aliran sungai di bawahnya yakni di daerah Karanganyar atas jebolnya tanggul sungai besar yang melintasinya. Alhasil, banyak wilayah Kabupaten Demak, Grobogan, bahkan merambah sebagian Kudus dan Jepara tersapu banjir hingga ratusan hektar sawah terendam.
Saat hujan tiba tentu kita bersyukur sebab kebutuhan air akan terjamin dengan penuhnya sumur-sumur. Sedang saat kemarau datang kita kita cenderung susah. Namun di sisi lain, kita juga sering ketar-ketir saat musim hujan tengah lebat-lebatnya. Banjir, tanah longsor, dan badai kerap menjadi ancaman yang mengerikan, bahkan bisa jadi jauh lebih mengerikan daripada kemarau panjang.
Apalagi jika mengingat bahwa zaman ini adalah adalah zaman yang mendekati akhir. Ada banyak bencana alam sebagai tanda akhir zaman yang kerap muncul. Salah satunya adalah banjir bandang yang menghancurkan dan hujan tahunan tapi tak menumbuhkan tanaman. Rasulullah bersabda:
“Hari kiamat tidak akan terjadi sampai datangnya hujan deras yang menghancurkan rumah-rumah dari tanah liat (semen) dan tidak ada bangunan yang mampu bertahan kecuali rumah yang terbuat dari bulu.” (HR Ahmad).
Jangankan hujan setahun, saat ini hujan deras sehari penuh saja dapat menyebabkan banjir yang bisa menenggelamkan satu kota dengan air setinggi lutut. Bahkan gerimis beruntun selama dua hari pun sudah cukup membuat orang menjadi khawatir.
Tapi beginilah kondisi akhir zaman. Tidak ada yang bisa disalahkan selain manusia sendiri. Terjadinya berbagai macam musibah, khususnya banjir disebabkan oleh manusia sendiri. Kesalahan yang menumpuk dari hari ke hari. Kesalahan dari segi kauni maupun syar’i.
Secara kauni, kesewenangan dan kezaliman manusia terhadap alam menjadi pangkalnya. Ketika mengubah lahan serapan air menjadi bangunan, mereka hanya berorientasi uang tanpa memerhatikan keseimbangan alam. Kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan pun menjadi penyakit yang entah kapan bisa dibasmi. Saat musim hujan datang, banjir pun rutin terjadi.
Adapun secara syar’i, musibah yang datang seringnya adalah hukuman akibat dosa yang kian banyak dilakukan. Dosa individu maupun kolektif. Dan seperti kita tahu, adakalanya Allah menimpakan hukuman yang merata, dirasakan oleh yang maksiat maupun yang taat.
Allah berfirman, “Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfal: 25)
Tujuan dari sabda Rasulullah di atas tentu saja bukan sekadar menakut-nakuti dan membuat khawatir. Sabda Rasulullah mengenai berbagai peristiwa di akhir zaman merupakan peringatan bagi setiap mukmin agar waspada. Kalaupun terpaksa harus ikut merasakan, minimal tidak ikut andil menjadi penyebabnya. Bukan oknum yang menebangi hutan serampangan, bukan pembuang sampah sembarangan dan bukan pelaku kemaksiatan besar yang menyebabkan turunnya hukuman. Jangan sampai kita mengeluh atas musibah yang menimpa, padahal secara tak sadar, kita juga menjadi salah satu oknum penyebabnya. Semoga Allah melindungi kita dari semua bencana. Dan jika kita diuji dengan musibah dan bencana, semoga kita dapat bersabar dan apa yang hilang diganti oleh Allah.