Belum lama ini ramai beredar sebuah potongan video berisi ceramah seorang oknum pendeta kondang. Isi ceramahnya mencemooh dan mengolok-olok ibadah zakat yang ‘hanya’ dua setengah persen. Berbeda, menurut oknum pendeta ini, dengan perpuluhan (sedekah ala umat Kristiani) yang sepuluh persen. Karenanya, masih kata oknum pendeta, umat Islam harus bekerja lebih keras untuk dapat ampunan Tuhan dengan cuci anggota badan (wudhu), shalat dengan melipat kaki saat duduk tasyahud akhir sebelum salam.
Sontak ceramah tersebut memicu kecaman publik, dari umat Islam khususnya dan bahkan dari kalangan umat Kristiani sendiri. Pada akhirnya si penceramah meminta maaf secara terbuka dengan mendatangi DMI (Dewan Masjid Indonesia) dan MUI (Majelis Ulama Indonesia).
Hikmah zakat
Dari kasus di atas kita bisa mengambil pelajaran dari sisi keutamaan dan hikmah mengapa orang kaya harus mengeluarkan zakat. Peristiwa ini juga harus menyadarkan orang-orang kaya yang enggan berzakat, bahwa di antara harta yang mereka miliki ada hak untuk kaum papa yang harus diberikan. Ada banyak nilai dan keuntungan yang didapat jika kita menunaikan dua setengah persen zakat. Paling tidak, ada tiga keuntungan dari sekian banyak keuntungan berzakat.
Pertama, membersihkan harta dan jiwa. Allah SWT berfirman : “Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. at-Taubah : 103).
Berdasarkan ayat tersebut, diperoleh penjelasan bahwa : (1) dengan zakat, harta yang kita peroleh akan disucikan oleh Allah SWT dari kemungkinan adanya kotoran, lantaran tanpa sengaja mendapatkannya dengan cara-cara yang kotor. (2). Aakat bisa membersihkan jiwa kita dari potensi memiliki sifat-sifat buruk yang berkaitan dengan harta. Seperti, terlalu cinta harta, kikir, serakah, dan lain sebagainya. (3). Anjuran bagi yang menerima zakat untuk mendoakan mereka yang menunaikan zakat agar ibadah dua setengah persen zakatnya diterima oleh Allah SWT dan mendapatkan ketenangan jiwa.
Keuntungan kedua dari berzakat adalah terhindar dari golongan penimbun harta. Allah SWT berfirman :
“Orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menginfakkannya di jalan Allah, maka berikanlah kabar gembira kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS. at-Taubah : 34)
Berangkat dari keterangan di atas, kita mendapatkan pelajaran bahwa orang kaya yang kikir dan rakus sehingga enggan mengeluarkan zakat, maka ia termasuk menimbun harta yang sama artinya memakan hak orang lain. Memakan hak orang lain sama halnya menjauhkan harta dari keberkahan dan kesucian. Ujungnya adalah azab yang sangat pedih di akhirat.
Ketiga, zakat itu menumbuhkan dan menambahkan. Zakat selain memiliki makna suci dan bersih, juga bermakna tumbuh dan berkembang dan bertambah, baik dari segi harta maupun jiwanya.
Allah SWT berfirman “Katakanlah, ‘Sungguh, Tuhanku melapangkan rezeki dan membatasinya bagi siapa yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya.’ Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dialah pemberi rezeki yang terbaik.” (QS. Saba’ : 39) Semoga semakin meyakinkan kita tentang keagungan dan kemuliaan ibadah dua setengah persen yaitu zakat. Kita doakan semoga saudara-saudara kita yang berzakat, Allah SWT bersihkan harta dan jiwanya, diberkahi serta ditambah kebaikan di dalamnya. Dan semoga mereka yang masih enggan berzakat, dibuka mata hatinya oleh Allah.