Banyak hal dilakukan anak muda untuk mengekspresikan jiwa mudanya, termasuk melalui cara yang diharamkan sekalipun. Seperti penggunaan narkotika. Jaringan terselubungnya perlu diwaspadai serius sebab seringkali tidak ditengarai oleh kebanyakan orang. Seperti halnya kisah yang dialami oleh mantan pacandu sabu-sabu kelas berat ini..
Ngerinya dunia gelap peredaran narkoba sudah dirasakan Zulfan Hakim sejak usia 18 tahun. Selama 15 tahun, dia menjadi pecandu berat sekaligus kurir. Namun setelah taubat, pria asal Banda Aceh ini membuka panti rehab untuk “mengobati” para pecandu lain.
Kisah bermula saat pria yang akrab disapa Dekgam ini menggunakan sabu-sabu berawal dari coba-coba. Pengaruh lingkungan ditambah mudahnya mendapatkan barang haram tersebut, membuat Dekgam terjerumus ke lembah hitam. Lambat laun, dia menjadi pecandu berat. “Saya pakai ganja dan sabu, awalnya karena pergaulan dan lingkungan. Awalnya biar berasa jadi lebih keren dengan makai sabu,” kata Dekgam.
Setelah beberapa lama kemudian, Dekgam merambah bisnis penjualan sabu. Dia ikut menjadi kurir dan mengedar sabu ke pembeli-pembeli. Namun bisnisnya masih dalam kategori kecil-kecilan. Kehidupannya pun dicap jelek di lingkungan keluarga dan tempat tinggalnya. Dekgam kala itu dianggap sebagai pembuat onar di tempat tinggalnya.
Taubat karena bujukan keluarga
Menurut Dekgam, efek negatif menjadi pengguna narkoba yaitu tidak dipercaya lagi sama orang lain, dianggap pembuat masalah, virus, dan di rumah selalu mendapat lebel jelek. “Dan sampi sekarang saya stigma (masih jelek). Dan kadang stigma itu yang membuat kita terulang lagi dan makai seperti dulu, kita jadi gak nyaman di situ,” ungkapnya.
15 tahun berselang, pihak keluarga yang sedari awal tidak menolak dengan aktivitasnya membujuk Dekgam dengan tegas untuk bertaubat. Usai pihak keluarga berkoordinasi dengan BNNP, Dekgam akhirnya dikirim ke panti rehabilitasi narkoba BNN Lido, di Bogor, Jawa Barat. Selama setahun, dia tempa dan direhab agar dapat kembali hidup normal dan tanpa narkoba. “Setelah direhab, saya sudah kembali ke masyarakat dan hari ini, saya dan dua orang teman saya sama-sama bekas pecandu kami ingin berbuat dan berkarya kembali untuk masyarakat. Setidaknya kami bisa berbuat untuk diri kami dan orang lain,” jelas Dekgam.
“Hidup terasa sia-sia dan tidak ada arti sama sekali. Semua semu, justru hal itu akan membuat kita terkesan tidak mensyukuri hidup dan kesehatan yang telah diberikan Allah. Kita semakin jauh dari keluarga dan lingkungan, bahkan akan berdampak pada kita mati sia-sia,” paparnya.
Dirikan panti rehab
Sebagai penebus kesalahan, setelah terbebas dari narkoba Dekgam bersama dua temannya kini mendirikan panti rehabilitasi di Banda Aceh. Keberadaan panti tersebut diresmikan Kepala BNNP Aceh Brigjen Abdul Nasser. Di panti ini, Dekgam menjabat sebagai ketua yayasan.
Dekgam bersama dua temannya yaitu M. Rasyid Nst, dan Darmi Dahlan mendirikan panti rehabilitasi Rumah Generasi Emas Aceh (GEMA) di Jalan Lampoh Teuku, Dusun Abadi, Gampong Ajun Jeumpet, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar. Menurutnya, keberadaan panti rehab di Aceh dinilai sangat dibutuhkan mengingat sangat banyak warga Aceh yang jadi pecandu narkoba. Sementara panti rehab saat ini masih sangat minim. “Saya pernah merasakan saat-saat itu, dimana orang-orang yang sudah kecanduan narkoba itu sangat sulit melepaskan diri, bila tidak ada dorongan dan dukungan dari orang-orang di sekitarnya serta metode yang tepat. Saya tergerak untuk melakukan hal itu agar adik-adik dan saudara saya yang masih dalam pengaruh narkoba bisa mendapatkan penangganan yang tepat,” pungkas Dekgam.