Bayangkan seorang pejabat di sebuah kota. Ia dikenal lurus, sederhana, dan tidak mau menerima suap. Saat memimpin rapat, ia menolak menandatangani proyek yang penuh rekayasa. Saat ada pembagian anggaran, ia menolak “jatah” yang biasanya dinikmati pejabat lain.
Awalnya banyak yang memujinya. Namun, seiring waktu, teman-teman sejawat mulai menjauhinya. Ia tidak lagi diundang dalam pertemuan “eksklusif”, tak dilibatkan dalam keputusan penting, bahkan difitnah sebagai penghalang pembangunan.
Pejabat itu dikucilkan sebab kejujurannya.
Namun dalam kesendirian, ia tetap teguh: lebih baik dijauhi manusia, daripada dihukum Allah.
Kejujuran dalam Pandangan Al-Qur’an
Islam memandang kejujuran (ṣidq) sebagai salah satu akhlak utama yang wajib dijaga, meskipun berisiko merugikan secara duniawi.
1. Kejujuran membawa ketenangan
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).”
(QS. At-Taubah: 119)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah memerintahkan kita untuk selalu bersama orang-orang jujur, meski konsekuensinya adalah dijauhi kelompok yang terbiasa dengan kebohongan.
2. Allah bersama orang yang jujur
Allah berjanji dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
(QS. Al-Baqarah: 222)
Kesucian diri salah satunya adalah dengan menjaga hati dan lisan agar tidak berbohong. Allah sendiri yang menjadi penolong bagi mereka yang tetap jujur.
3. Kemenangan hakiki milik orang jujur
Allah berfirman:
“Ini adalah hari (kiamat) orang-orang yang benar mendapatkan manfaat dari kebenaran mereka…”
(QS. Al-Maidah: 119)
Artinya, meski di dunia seorang pejabat jujur bisa dikucilkan, di akhirat kelak ia justru dimuliakan karena kejujurannya.
Hikmah dari Kisah Pejabat yang Jujur
- Ujian kejujuran nyata adanya. Sering kali orang jujur memang sendirian.
- Kejujuran menguji iman. Apakah kita lebih memilih ridha manusia atau ridha Allah.
- Jalan orang jujur penuh pahala. Meski sulit di dunia, ganjarannya abadi di akhirat.
- Masyarakat butuh teladan. Seorang pejabat jujur bisa jadi lilin penerang di tengah kegelapan sistem yang rusak.
Kesimpulan
Kisah perandaian tentang pejabat dikucilkan sebab kejujurannya memberi pelajaran besar: menjadi jujur bukan berarti jalan kita akan mulus, justru sering kali penuh rintangan. Namun Al-Qur’an mengajarkan bahwa kejujuran adalah jalan yang membawa kita kepada ridha Allah dan kemuliaan di akhirat.
Jika hari ini ada yang memilih jalan jujur meski sendirian, maka sesungguhnya ia sedang menapaki jalan yang diridai Allah.