Jalan merupakan tempat umum untuk lalu lintas orang dan kendaraan. Kita harus menjaga adab khususnya di jalanan umum.
Sore hari adalah waktu yang nyaman buat jalan-jalan. Matahari sudah mau terbenam, cuaca tidak panas dan badan merasa lelah ingin beristirahat. Namun di tengah keasikan jalan-jalan itu tiba-tiba ada suara bising motor yang kencang.
Ngeng.. ngeng.. ngeng… Suara motor itu sangat kencang. Saking kencangnya suaranya masih ketinggalan ketika motornya sudah jauh di depan. Sontak semua orang merasa risih. Pejalan kaki pada minggir karena takut ditabrak. Pengendara lain pun merasa ketakutan karena khawatir disenggol.
Kalau kita berfikir apa sebenarnya yang ada di benak pengendara motor tersebut. Apakah dia punya masalah dalam hidupnya lalu melampiaskannya di tengah jalan atau memang dia terburu-buru karena urusan yang amat penting. Entahlah. Namun apa pun alasannya kebut-kebutan di jalan adalah hal yang kurang sopan dan sangat membahayakan. Justru seorang muslim jika berkendara maka harus bersabar dan menjaga emosinya.
Berjalan dengan kerendahan
Seorang muslim harus paham bahwa berjalan memiliki adab dan etika, termasuk juga berkendara. Maka salah apabila seorang muslim menyangka Islam tidak memiliki aturan dalam berjalan dan berkendara.
Allah ta’ala telah menjelaskan bahwa kebut-kebutan dan berjalan dengan serampangan tanpa ada hajat yang mendesak merupakan larangan. Justru kita diperintahkan berjalan dengan kerendahan. Dalam Al-Quran Allah berfirman: “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan”. (QS. Al-Furqon: 63)
Kebut-kebutan di jalan raya merupakan perilaku yang tidak mencerminkan sikap rendah hati. Sikap tersebut lahir dari kesombongan dalam diri kita yang egois sehingga ingin selalu menjadi yang terdepan padahal tidak ada kompetisi balapan.
Selain itu, dengan kebut-kebutan tentu akan membuat orang lain khususnya para pengendara yang ada di sekitar merasa khawatir dan masyghul bukan hanya terkait keselamatan si pengendara yang ugal-ugalan, namun juga terkait keselamatan pengendara lain.
Dalam ayat yang lain Allah berfirman: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.” (QS. Al-Israa: 37)
Allah seakan memberikan peringatan bahwa secepat apapun mereka berkendara toh mereka tetap tidak akan mampu menembus bumi dengan kecepatan secepat kilat dan tidak akan juga mampu melampaui tingginya gunung. Lantas apa pula yang hendak kita sombongkan saat berkendara?
Membahayakan diri sendiri
Kebut-kebutan di jalan juga berpotensi mencelakakan diri sendiri dan orang lain. Padahal jika seseorang telah celaka maka pastilah dia akan menyesal dan seandainya dia bisa memutar waktu maka pasti dia lebih memilih berjalan sederhana dan tidak kebut-kebutan.
Mencelakakan diri sendiri atau menjerumuskan diri sendiri pada keadaan yang berpotensi membahayakan diri adalah tidak dibolehkan. Allah ta’ala berffirman: “Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik” (QS. Al-Baqarah: 195)Apalagi jika kita kebut-kebutan dan berpotensi mencelakakan orang lain, membuat mereka meninggal, atau mencederai dan membuat mereka cacat maka jelas dosanya lebih besar. Hal itu termasuk perbuatan kerusakan di muka bumi. Allah berfirman: “Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al-Qashash: 77)