Alfian Hadi namanya, pria asli Banda Aceh 41 tahun ini sudah sejak muda merantau ke tanah jawa jauh dari orangtua. Bisa dibilang, masa mudahnya benar benar penuh dengan dunia gelap. Bekerja malam hari sebagai bartender di sebuah club malam di Jogjakarta membuatnya terbilang cukup dari segi finansial. Perkenalannya dengan barang haram ini ia ceritakan kepada redaksi saat bertandang di usaha yang kini ia geluti, Café Ndoro Putri di kawasan Bero, Klaten beberapa waktu yang lalu.
Dunia gemerlap malam memang cenderung dengan hal hal yang berbau haram. Iant begitu sapaan akrabnya tidak hanya mengkonsumsi alkohol, namun juga narkoba. Dalam akunya, barang haram itu dikonsumsinya bukan lagi karena gaya, namun lebih pada kebutuhan. Secara fisik memang sekilas seperti tidak nampak capek layaknya kuli pekerja bangunan, namun rasanya begitu menguras tenaga. Untuk itulah pekerja malam seperti Iant menggunakan doping agar stamina tetap terjaga. “Saya bisa tahan tidak tidur hingga dua hari dua malam dengan mengonsumsi narkoba. Bila tidak, satu malam saja pada pagi harinya sudah merasa kelelahan. Tidur seharian seperti tidak pulih tenaganya. Makanya konsumsi narkoba bagi saya sudah seperti makan nasi, sebagai tambahan energi agar performa kerja lebih maksimal,” kisahnya.
Tidak tanggung tanggung, Iant tidak hanya pemakai namun juga sebagai informan dan kurir. Ia paham betul seperti apa situasi yang aman dalam bertransaksi, sebab dunia yang ia jalani pasti sudah banyak aparat yang menyorot. Sekali saja transaksi berhasil sebagai spionase agar kondisi sekitar aman dari jangkauan aparat, komisinya cukup lumayan. “Sekali transaksi mengkondisikan lokasi, saya bisa mengantrongi Rp. 500 ribu, belum komisi penjualan dari minuman keras dan tips tamu. Seakan akan dunia saya sudah cukup,” paparnya.
Bila mengingat stylenya dulu, Iant menggambarkan benar benar seperti orang yang jauh dari agamanya. “Gaya rambut saya dulu sangar bang, punk. Badan kurus, karena efek narkoba,” terang Iant sambil bercanda.
Teringat Orangtua
Meski terbilang cukup dari segi finansial, namun di hati kecil Iant justru merasa berontak, terlebih bila ia teringat orangtua di kampung halamannya. Ia seperri merasa tak berguna menjadi seorang anak. Dengan mantab, mulai tahun 2006 setelah bertahun tahun bergulat dengan dunia haram, Iant memutuskan untuk bertaubat. “Bila ditanya apa tidak sulit, tergantung dengan niat. Toh puasa kita ternyata bisa menghentikan bukan hanya makan, namun juga rokok. Alhamdulillah saat ini saya sudah bersih dari alkohol, narkoba, juga rokok. Artinya ya tergantung niat saja. Ibadah, setidaknya saya usahakan tetap dijalankan minimal yang wajib wajib tidak tertinggal” jelasnya dengan semangat.
Saat ditanya mengenai tantangan ketika taubat, Iant mengaku sempat kembali menjadi bartender di lain club, namun hanya sebentar. Terlebih setelah menikah ia berharap darah dagingnya bersih dari campuran barang haram. Ia pun keluar lagi dari club, dan sempat dihantui kebingungan mau kerja apa dan mestinya pendapatkan tidak lagi semudah dan sebanyak dulu. “Saya punya kakak yang kebetulan jadi pengusaha pengolahan benang. Saya utarakan niatan untuk ikut kerja, namun kakak justru tidak percaya sebab saya pernah nakal. Namun rasa sayang kakak akhirnya bisa mengarahkan yang kemudian alhamdulillah saya bisa sbertahan dengan tidak lagi bergantung dari barang haram,” lanjut Iant yang kini sudah memiliki 3 anak. Transformasi Iant kini memang telah berubah 180 derajat, ia bersyukur atas hidayah Allah yang didapatkannya memalui ingatan akan orang tuanya di kampung. Selain memperjakan banyak karyawan, Iant kini sudah menganut gaya hidup sehar dengan bersih dari konsumsi haram dan kotor serta rajin olahraga. “Saya sekarang merasa lebih nyaman dan bahagia daripada dulu saat masih menjadi bartender. Saya bersyukur akan hal itu, dan saya akan terus berupaya untuk terus melakukan kebaikan,” pungkas Iant.