“Coba-cobalah, bakpao yang halal. Bakpao Mega Jaya enak rasanya. Halal lho…”. Bagi masyarakat Kota Semarang tentu sangat familier dengan jingle (lagu promosi) yang satu ini. Ya, bakpao Mega Jaya memang sudah cukup melegenda sebagai jajanan ringan mengenyangkan dari Kota Semarang. Kini bakpao Mega Jaya juga tersedia di berbagai kota besar di pulau Jawa selain Kota Semarang; Kendal, Kudus, Pati, Rembang, Salatiga, Kab. Semarang, Solo, dan Jogjakarta.
Berdiri sejak tahun 1995 oleh Sunoto (almarhum) dan sang Kakak (Moh Syahrir) di Surabaya, dan mulai dijajakan di kawasan Sawah Besar Kota Semarang tahun 1997 oleh Sunoto. Kini omset jualan bakpaonya mencapai 1,5 milar rupiah per bulan dengan kapasitas rata-rata produksi berkisar 15.000 pcs per hari yang harga jualnya Rp. 3.500/ pcs. Tidak disangka kebesaran bakpao Mega Jaya bisa sampai seperti ini yang awalnya hanya berproduksi 500 pcs per harinya. Dan kini memasuki fase generasi ke dua yang dijalankan oleh anak-anak dari Sunoto. Adalah anak menantu Achmad Arif (37 th) pertama yang saat ini menduduki top leader manajemen bisnis yang memiliki ratusan karyawan dan mitra. 54 gerobak sepeda, 45 gerobak motor, dan beberapa mobil boks kini dalam genggamannya.
Seperti apa kisah kesuksesannya? Berikut kutipan wawancaranya dengan Tim Buletin Kaleng Darul Hisan belum lama ini di kediamannya Jl. Kuwaron 2 Bangetayu, Kota Semarang.

Bagaimana awal mula anda menjalankan bisnis ini sebagai genrasi kedua?
Saya menikah dengan putri almarhum Bapak Sunoto pada tahun 2017. Namun sebelumnya saya sudah bekerja sebagai manager mesin alat berat di perusahaan tambang batu bara di Kalimantan dari 2005 hingga 2020. Nah, di tahun 2020 kemarin, Bapak Sunoto meninggal hingga kemudian secara kondisi mengharuskan saya untuk melanjutkan usaha bakpao ini karena Ibu mertua dan adik-adik ipar secara kondisi tidak memungkinkan.
Anda sudah pada zona nyaman di perusahaan tambang? Alasan apa yang memberatkan untuk ke bisnis bakpao?
Yang pasti karena bakti kepada orangtua mas. Meski mertua, tentu baktinya anak tidak kalah dengan orangtua kandung. Dan kebetulan saat Bapak Sunoto masih hidup, dan saat saya cuti dari tambang, saya diminta untuk terlibat dalam managemen bakpao ini. Jadi sudah ada bayangan, maka setelah pertimbangan matang saya tinggalkan posisi saya di perusahaan tambang.
Bisa dikisahkan bagaimana perjalanan suksesnya hingga mencapai kapasitas produksi yang besar seperti sekarang?
Awal mulanya mas, saya dapat cerita dari keluarga istri bahwa Bapak Sunoto itu di awal mula meniti usaha ini memang suka sedekah. Salah satu contohnya adalah membangun rumah orang secara cuma-cuma. Jadi ada karyawannya dulu waktu di Sawah Besar itu rumahnya hampir roboh. Lalu sama bapak dibangunkan tanpa imbal balik. Dan keajaiban terjadi, omset jual bakpaonya melejit dari tahun 2000 an hingga sekarang.
Tidak hanya itu, bapak juga sering menjadi donatur untuk pembangunan masjid. Dan alhamdulillah hingga saat ini juga ada kas sosial kami ke panti asuhan. Termasuk bapak juga suka membantu meringankan beban baik karyawan secara langsung atau keluarga karyawan yang membutuhkan. Tentu tidak menggalkan peran rajin, ulet, dan inovasi dalam kesuksesan usaha.
Apa harapan anda kedepan terkait bisnis ini?
Memperluas jaringan cabang ke Magelang dan Pekalongan. Kemdian saya berkeinginan sekali membuat semacam workshop prosuksi untuk anak-anak secara gratis. Jadi nanti anak-anak siapa pun itu bisa mencoba praktek membuat bakpao sendiri. Istilahnya visit industri namun sekalian praktek, dan itu gratis. Harapannya ini menjadi media belajar wirausaha anak-anak ke depannya.