Kecelakaan kereta api adalah jenis kecelakaan yang secara umum korban tertabraknya mengalami kejadian fatal, kematian. Betapa tidak, benturan keras dari benda keras sudah barang tentu akan membuat hancur kendaraan yang ditabraknya. Bukan hanya terpental, bahkan tidak sedikit badan manusia yang kemudian sampai terpisah sebab hantaman keras kereta api.
Dari kejadian seperti itu bisa dipastikan, setiap orang yang mengalami nasib naas sebelum terhantam kereta api dirinya meyakini tidak akan selamat. Kira kira demikian. Pun sama dengan apa yang dialami oleh Saryono (53 tahun), seorang security kantor koran harian Kedaulatan Rakyat Biro Kota Semarang ini pernah mengalaminya. Alhamdulillah dirinya selamat dari kejadian tersebut hingga bisa berbagi cerita dengan kita semua. Berikut kisah Saryono yang disampaikan kepada redaksi.
Bagaimana kisah awal mula kejadian itu?
Waktu itu kurang lebih sekitar 15 tahunan yang lalu saya masih menjadi loper dan serabutan pada kantor koran itu. Kira kira waktu itu pagi sekira jam 10 an, saya ada tugas hendak ke kantor biro iklan di daerah Krobokan Semarang Barat. Saya melewati jalur tengah kampung dan mengharuskan menyebrang rel tanpa palang pintu. Kondisinya masih sama hingga sekarang, berwujud terowongan. Dan ketika menyebrang rel kereta itulah sepeda motor saya mogok tepat di tengah rel. Waktu itu menggunakan yamaha deluxe. Dan dari jauh, klakson kereta api itu sudah terdengar sebab sebelah timurnya ada perlintasan dengan palang pintu. Pasti klakson dulu kan.. Nah itu terdengar pas motor saya mogok.
Kenapa bisa mogok?
Tidak tahu saya, padahal sebelumnya biasa saja tidak ada rewel. Tiba tiba saja berhenti di tengah rel dan sulit dinyalakan. Sudah saya coba, namun tidak berhasil.
Apa yang anda lakukan waktu kejadian itu?
Blank, saya bingung bukan main. Setelah saya coba stater tidak bisa saya bingung mau dibagaimanakan. Disisi lain suara kerata api berjalan cepat mendekat. Sampai sampai saya berpikir bahwa saya tidak akan selamat sebab saya masih berada di tangah rel kereta. Bahkan untuk melompat saja saya sampai tidak kepikiran. Bingung mau bagaimana hingga tidak tau mau apa. “piye iki piye iki..” (bagaimana ini, bagaimana ini), begitu gumamku saat itu.
Saya coba dorong motor saya tetap tidak bisa bergerak sama sekali. Bingung saya semakin menjadi. “Duh piye iki..” (waduh bagaimana ini). Pikiran saya benar benar kalut, tidak bisa berpikir sehat. Sebab saya tahu betul, bahwa setiap kejadian kecelakaan kereta api rata rata tidak selamat.
Namun tiba tiba ada bapak bapak berlari kencang menuju arah saya di tengah rel. Dalam sekejap ia berkata dan mengangkat sepeda motor saya yang mogok. “ayo mas di gotong wae ben cepet metu seko rel..” (ayo mas digotong saja biar cepat keluar dari rel). Sekian detik kemudian kereta api melaju dengan cepatnya. “ weng, jlug jlug jlug..” Dengan selisih waktu yang cepat itu seakan akan tidak mungkin menghindar dari maut. Laju cepat kereta dengan jarak sekian detik tentu sudah sangat jauh.
Alhamdulillahnya tahu tahu posisi saya sudah berada di luar rel, lengkap beserta sepeda motor dan bapak yang membantu saya. Belakangan saya ketahui ia tukang becak yang mangkal di sekitar terowongan rel itu.
Setelahnya apa yang anda rasakan?
Lemes mas, tidak bisa berkata apa apa. Namun saya bersyukur sekali karena lewat pertolongan bapak pengayuh becak tersebut Allah memberikan keselamatan kepada saya. Kemudian saya hanya diberikan pesan oleh bapak tersebut agar lebih berhati hati lagi kalau mau menyebrang rel. Terlebih perlintasan tanpa palang pintu. Ini kalau tidak karena kuasa Allah tentu tidak mungkin.