Rektor Ani, Terpesona Keharmonisan Keluarga Muslim Membuatnya Jadi Muallaf

Share This Post

Jalan hidayah memang kadang menjadi kejutan. Hanya karena melihat keharmonisan keluarga muslim. Rektor cantik bernama Madam Ani ini mantap masuk Islam. Pemilik nama lengkap Proffesor Doktor Murniati Mukhlisin M.Acc CFP ini merupakan rektor Institut Agama Islam (IAI) Tazkia.

Tidak sendirian dalam memajukan lembaga pendidikan Islam tersebut, rektor cantik Madam Ani juga melangkah bersama para rekan mualaf lainnya seperti Dr Muhammad Syafii Antonio.

Dia juga termasuk keturunan Tionghoa yang mantap menjadi mualaf. Sejak masih duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA), dia sudah tergerak untuk mendalami agama Islam. “Kita (keluarganya) memang termasuk yang menerima semua ajaran, sepanjang itu menjanjikan kebaikan. Setelah SMA bingung kan, kok semuanya bagus,” ungkap Madam Ani seperti dilansir kanal YouTube IOH Inspiring Channel.

Ketika mengenyam pendidikan SMA, dirinya dipertemukan dengan beberapa teman yang menganut agama Islam. Betapa terkejutnya Madam Ani melihat kebaikan serta keharmonisan keluarga mereka. Dari sana ia meyakini bahwa apa yang dilihat adalah cerminan dari ajaran Islam. “Semua keluarganya Masya Allah, harmonisnya, sholatnya, sopan santunnya, saya bilang ke diri saya pada saat itu, ‘Inilah Islam.’ Sehingga menjadikan saya bertekad kalau saya punya keluarga nanti saya ingin menjadi keluarga yang seperti mereka,” kata Madam Ani.

Momen itu kemudian menjadi titik poin seorang ia untuk makin memahami ajaran agama Islam. Sampai-sampai Madam Ani pun rela merantau ke Jakarta.

Allah SWT menunjukkan jalan Madam Ani menuju Masjid Istiqlal dan bertemu dengan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia. Di Masjid Istiqlal itulah dia bersayahadat dan memeluk agama Islam. Tapi tentu saja, cobaan yang dirasakan olehnya cukup besar. “Sampai di Jakarta numpang, dan itu luar biasa galaunya. Bagaimana cara biar bisa hidup, bisa diterima oleh keluarga di Jakarta, tetapi tidak diterima. Numpang enggak boleh, waduh besok harus cari kerja,” ujarnya.

Beruntung, Madam Ani mendapat orangtua angkat. Namun di awal masa tinggal, dia tidak langsung disukai oleh sang ibu angkat. “Karena pengalaman mualaf ada yang baik dan tidak, menurut ibu angkat ini saya mualaf yang bandel lah gitu. Waktu datang enggak pakai jilbab, pakaian ya biasalah anak muda,” tuturnya.

Di samping cobaan yang dirasakan, para mualaf lainnya pun turut serta membantu Madam Ani dalam mendapatkan pekerjaan. Ketika lulus SMA, ia bekerja berkat bantuan rekan mualaf.

Hingga akhirnya Madam Ani pun berhasil mendapatkan beasiswa. Tidak tanggung-tanggung, beasiswa tersebut menawarkannya untuk kuliah di Institute Islamic University Malaysia untuk studi kesarjanaannya. Selanjutnya Madam Ani melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia (pascasarjana), dan Universitas Glasgow, Inggris (doktoral). Ia dianugerahi beasiswa bergengsi untuk mendukung studinya. Ia menikah dengan Dr. Luqyan Tamanni dan mereka memiliki tiga orang anak: Layyina Humaira Tamanni, Hayyan Hani Tamanni, dan Rayyan Ayman Tamanni.

Berbagai cobaan yang diterima tidak menggoyahkan hatinya untuk tetap berpegang teguh pada Islam. Madam Ani mengatakan makin menjaga komitmen Islam, kemudahan dari Allah SWT pun terus mengalir deras.

More To Explore

bantuan pondok pesantren

Berawal dari Koin, Berkah untuk Santri di Ngaliyan

Bulan November 2024 kemarin menjadi momen berharga bagi santri di dua pondok pesantren di Ngaliyan, Semarang. Yayasan Islam Amanah Darul Hisan kembali melanjutkan komitmennya untuk

guru

Dilema Guru, Tegur Murid Dikriminalisasi

Pendisiplinan terhadap murid oleh guru di era sekarang ini begitu berbeda dengan masa lalu. Menjadi hal lumrah pada jaman dulu bila dijewer, bahkan dipukul oleh

Bersama Koinmu,
Darul Hisan Hadir untuk Ummat