“Krak, krak, krak…..”. “Hus, hus….”. Sukardi segera saja mengusir burung gagak yang tiba-tiba hinggap di pepohonan tepat depan rumahnya. Ia merasa tidak nyaman dengan kedatangan burung gagak tersebut. Bahakan diketahui tidak hanya sekali, tak heran Sukardi menjadi tamba gusar.
Telisik punya telisik, ternyata perilaku burung gagak semacam ini dianggap oleh kebanyakan masyarakat khususnya Jawa menjadi pertanda kesialan. Rumah yang dihinggapi semacam ini dianggap akan mendapatkan keburukan bahkan sampai anggota keluarga ada yang meninggal. Pantas saja dengan segera Sukardi mengusir burung gagak yang hinggap di pepohonan depan rumahnya. Anggapan sial ini juga berlaku bila burung gagak hinggap di atap rumah.
Bahkan, dalam film Penumpasan Pengkhianatan G 30 S PKI, Mayjen S Parman sempat gusar ketika mendengar suara gagak dari atap rumahnya. Kepada sang istri, dia menyampaikan kekhawatirannya jika hal itu menjadi pertanda buruk.
Seiring dengan kemajuan teknologi dan kemodernan dalam hidup ini, jauh-jauh hari sebelumnya, Nabi SAW pernah mengabarkan kepada kita bahwa akan tetap ada keyakinan-keyakinan dan pemikiran terbelakang lagi primitif (jahiliah) yang bersarang di dalam hati masyarakat modern ini. Diantara sifat-sifat primitif dan terbelakang (jahiliah) yang tidak mudah untuk dihilangkan dan ditinggalkan masyarakat adalah tathayyur atau biasa disebut juga dengan ‘anggapan sial’.
Anggapan-anggapan batil tersebut seringkali menjadi bahan pertimbangan sebagian masyarakat kita di dalam menentukan tanggal dan bulan pernikahan. Bahkan, sebagian masyarakat menunda pernikahan atau bahkan menggagalkan pernikahan hanya karena perselisihan dan perbedaan pendapat di dalam menentukan tanggal pernikahan tersebut.
Sungguh ini semua adalah perbuatan syirik yang harus kita waspadai dan kita jauhi. Kesyirikan karena mengaitkan sesuatu bukan pada sebab hakikinya, meyakini bahwa sesuatu dapat menimbulkan mara bahaya tanpa seizin Allah Ta’ala.
Manfaat dan mudarat adalah ketetapan Allah Ta’ala
Rasulullah SAW pernah mengajarkan sahabat Ibnu Abbas yang ketika itu masih kecil, “Ketahuilah, sesungguhnya jika seluruh makhluk (di langit dan di bumi) berkumpul untuk mendatangkan suatu manfaat untukmu, niscaya mereka tidak dapat memberikan manfaat untukmu, kecuali apa yang Allah tetapkan untukmu. Dan seandainya mereka berkumpul untuk mendatangkan bahaya untukmu, niscaya mereka tidak dapat mendatangkan suatu pun bahaya untukmu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan untukmu. Pena (penulis takdir) telah diangkat dan catatan (takdir) telah mengering.” (HR. Tirmizi)
Saat kita membutuhkan atau mengkhawatirkan sesuatu, maka yang kita perlukan hanyalah bertawakal dan bersandar kepada Allah Ta’ala. Memasrahkan seluruh urusan kepada-Nya. Allah Ta’ala berfirman di dalam surah At-Thalaq, “Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. At-Thalaq: 3)
Allah Taala juga berfirman, “Katakanlah (hai Muhammad kepada orang-orang musyrik), ‘Terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudaratan kepadaku, apakah berhala-berhala itu dapat menghilangkan kemudaratan itu? Atau jika Allah menghendaki untuk melimpahkan suatu rahmat kepadaku, apakah mereka mampu menahan rahmat-Nya?’ Katakanlah, ‘Cukuplah Allah bagiku, hanya kepada-Nyalah orang orang yang berserah diri bertawakkal.’” (QS. Az-Zumar: 38)
Semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan hidayah dan taufik-Nya kepada kita semua. Menjadikan kita salah satu hamba yang tidak bergantung kepada siapapun selain Allah Ta’ala. Karena hanya Allahlah satu-satunya yang dapat memberikan manfaat dan menimpakan kemudaratan. Wallahu A’lam bisshawab.