Merupakan toko bangunan dengan cabang terbanyak 150 toko, terutama di Jawa Timur tersebar di Gresik, Surabaya, dan Lamongan dengan pusat terbanyak 80 persen di Sidoarjo. Memang jumlah toko sebanyak itu bukan milik satu orang. Namun, milik banyak orang. Hanya saja, di antara mereka masih dalam hubungan keluarga. Kata H. Anas Asrofi, General Manager Toko Bangunan Sari Bumi (generasi kedua), “Salah satu misi dari Sari Bumi adalah mengangkat ekonomi keluarga. Oleh karena itu, bagi yang sudah berhasil harus mengangkat saudara yang masih lemah,” ucapnya dalam bincang sebuah video youtube.
Toko Sari Bumi dirintis oleh Mumtahanah bin Kayat, seorang yang berasal dari Lamongan, Jawa Timur. Pada Awalnya, ia pembuat kapur putih (salah satu bahan bangunan) di Gresik. Melihat kesempatan yang ada lalu beliau pun kemudian membuka usaha toko bangunan dengan nama Sari Bumi tahun 1980 yang dibantu kedua ponakannya Ahmad Said dan karim
Dalam perjalanannya, mereka berdua tak hanya bekerja, tapi juga belajar. Mumtahanah sendiri membuka pintu lebar-lebar. Tidak hanya membimbing, ia juga membantu modal kelak saat keduanya membuka toko sendiri. Bantuannya bukan berupa uang, melainkan barang dagangan seperti cat, kayu, dan sebagainya. Toko milik said dan Karim terus berkembang dan dikembalikan dengan cara dicicil. Karim saja misalnya, kini sudah memiliki 6 toko. Mumtahanah sendiri sudah sekarang punya 13 toko.
Untuk memperkuat sikap saling membantu, mereka mengadakan pertemuan sebulan dua kali. Bentuknya berupa arisan dan pengajian. Ini juga bisa memperdalam ilmu agama. Salah satu wujud dari keimanan itu yakni dengan berinfaq. Oleh sebab itu, setiap anggota diserukan untuk berinfak yang besarnya tak ditentukan. Dari infak itu diperoleh sekitar 300 jutaan dalam tiap bulannya. Dana tersebut disalurkan kepada lembaga sosial dan pendidikan daerah setempat. Pada beberapa tahun ini dana tersebut sudah dikelola sendiri oleh yayasan. Bahkan bisa mendirikan sebuah sekolah.
“Dari setiap keuntungan usaha toko bangunan sebaiknya disisihkan sebagiannya untuk bersedekah. Dengan mau mengeluarkan sedekah ini kita akan mendapatkan kemudahan dalam mengembangkan usaha,” tekan Anas.
Dalam rangka memperkuat jaringan bisnis, kelompok Sari Bumi kemudian membentuk holding. Selain itu juga menjaga perputaran uang tidak keluar dari kelompok sendiri. Sebanyak 20 persen keuntungan holding ini masuk yayasan. Kini asetnya holding sudah mencapai 3,5 Milyar rupiah. Bentuk pengembangan Sari Bumi lainnya yakni dengan kemitraan.
Kini selain keluarga boleh buka toko menggunakan nama Sari Bumi. Tentu ada persyaratan yang meski dipenuhi. Selain uang modal, syarat lain, tidak diperbolehkan menggunakan uang dari bank riba. Bagi anas, riba dapat menghilangkan keberkahan dan disisi lain menimbulkan dosa.
Dengan dana yang besar itu melalui holding, Sari Bumi sudah mempersiapkan lahan seluas 30 hektar di daerah Jombang untuk mendirikan pesantren putri yang 10-15 ke depan ditarjetkan kita membangun perguruan tinggi entrepreneur berbasis pesantren. “Maka dari itu kami juga membuka peluang bisnis kemitraan kepada pondok-pondok pesantren untuk memiliki unit usaha berupa toko bangunan sebagai aset dan bisa digunakan untuk membantu operasional pondoknya tersebut,” pungkas Anas yang juga alumni pondok.