Malas Menolong Sesama

Share This Post

Krisis empati bagaikan wabah yang menjangkiti manusia zaman sekarang. Mereka menjadi orang yang acuh tak acuh dan malas menolong sesama.

Pernah ada video di media sosial tentang seorang perempuan yang membawa tas dan hendak pergi dengan sepeda motor. Di tengah jalan perempuan tersebut dihampiri sejumlah orang yang memberhentikannya. Dia pun meminggirkan motornya di tengah jalan raya.

Namun sayang ketika dia berhenti, sekelompok orang tersebut justru menjambret dan mengambil tasnya. Perempuan tersebut berusaha mempertahankannya namun sayang dia kalah tenaga dengan si penjambret yang berjumlah lebih dari dua orang.

Yang miris dalam video tersebut ialah sikap orang yang ada di sana. Mereka hanya terdiam dan terbengong tanpa berbuat apa pun melihat kejadian tersebut. Perempuan tersebut jelas meminta tolong kepada mereka, namun mereka hanya melihat dan acuh tak acuh kepadanya. Kita yang menonton video tersebut tentu bertanya-tanya kemanakah empati manusia sekarang? Apakah mereka sudah tidak peduli kepada sesamanya?

Mengacuhkan orang lain

Keengganan manusia dan kemalasan mereka menolong sesama bagaikan krisis yang mengkhawatirkan. Jika seseorang tidak mau menolong orang yang di tengah jalan raya mungkin karena sungkan dan tidak mau ikut campur, namun kenapa kepada teman, tetangga dan bahkan saudara masih banyak orang yang tidak mau membantu dan menolong mereka.

Apakah kita kaum muslim sudah kehilangan empati? Apakah kita tidak membaca banyak perintah Nabi shallallahu alaihi wasallam yang menganjurkan untuk saling tolong menolong? Apakah kita tidak ingin mengamalkan dan menjalankan hadits Nabi tersebut?

Sungguh Nabi pernah bersabda: “Barangsiapa yang menghilangkan satu kesulitan seorang mukmin dari kesulitannya di dunia, niscaya Allah akan menghilangkan darinya satu kesulitan pada hari kiamat. Barangsiapa yang meringankan orang yang kesusahan (dalam hutangnya), niscaya Allah akan meringankan baginya (urusannya) di dunia dan akhirat. Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan senantiasa menolong hamba-Nya, selama hamba tersebut mau menolong saudaranya.” (HR. Muslim). Artinya sungguh beruntung orang yang menolong dan meringankan kesusahan orang lain. Baginya pahala dan balasan yang amat besar.

Balasan sejenis dengan amalan

Jika kita tidak mau menolong orang yang membutuhkan pertolongan, merasa malas ketika ada teman yang meminta bantuan, dan bahkan mengambil keuntungan serta memeras orang yang butuh pertolongan, maka sungguh kita pun akan merasakan apa yang mereka rasakan.

Kita akan ada pada suatu situasi yang mana kita butuh bantuan namun tidak ada seorang pun yang akan membantu kita. Itu karena kita tidak mau menolong sesama. Tapi sebaliknya jika kita bersabar dan berusaha membantu orang lain, berusaha mengeluarkannya dari masalah yang menghimpitnya serta memberinya kemudahan dan jalan keluar maka urusan kita akan diperlancar oleh Allah ta’ala dan kita diberikan rezeki dari arah yang tidak kita duga.

Hal itu karena pada hakikatnya kita akan mendapatkan balasan sesuai dengan amalan yang kita lakukan. Jika kita suka menolong, maka pertolonganlah yang nanti kita dapatkan pada saat kita membutuhkan. Tapi jika kita suka mengacuhkan maka sikap serupa juga yang akan kita terima tatkala kita butuh pertolongan. Rasulullah bersabda: “Seorang muslim itu adalah saudaranya orang muslim lainnya, janganlah ia menganiaya saudaranya itu, jangan pula menyerahkannya -kepada musuh-. Barangsiapa memberikan pertolongan pada hajat saudaranya, maka Allah akan memberikan pertolongan pada hajat orang itu. Dan barangsiapa melapangkan kepada seorang muslim akan satu kesusahannya, maka Allah akan melapangkan untuknya satu kesusahan dari sekian banyak kesusahan pada hari kiamat. Dan barangsiapa yang menutupi cela seorang muslim maka Allah akan menutupi celanya pada hari kiamat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

More To Explore

Bersama Koinmu,
Darul Hisan Hadir untuk Ummat