Mimpi Buruk Sebagai Pertanda?

Share This Post

Warso seketika bangun dari mimpinya dengan napas terengah-engah dan nyaris basah di sekujur tubuhnya karena banjir keringat. Ia terbangun dari tidur nyenyaknya karena mengalami mimpi seram saat perjalanan menuju kota A. Nyawanya terancam oleh kawanan perampok di perjalanan. Esok hari, yang kebetulan adalah jadwal Warso pergi ke kota A urung dilakukan karena takut kejadian dalam mimpi tersebut akan menjadi kenyataan.

Kejadian yang menimpa Warso pada kisah di atas bisa jadi banyak orang juga mengalaminya. Dan menjadikannya sebagai sebuah pertanda keburukan, maka keputusan pun yang awalnya telah direncanakan perlu untuk diuba untuk menghindari kemungkinan buruk. Lantas, bagaimanakah Islam memandangnya?

Mimpi Buruk dari Syaitan

Perlu diketahui bahwa Nabi SAW mengkategorikan mimpi dalam tiga hal. Pertama apabila itu tentang kebaikan atau kegembiraan maka asalnya dari Allah SWT. Kedua bila mimpi itu buruk maka datangnya dari syaitan. Ketiga mimpi biasa sebagai bunga tidur.

Mengenai mimpi buruk jelas bahwa itu adalah datangnya dari syaitan. Mimpi buruk berasal dari setan yang digunakan sebagai cara untuk mempermainkan manusia dan memberikan was-was serta kesedihannya, sehingga hidupnya menjadi sulit dan bisa mengantarkan pada hal-hal yang buruk. Nabi SAW bersabda, “Janganlah kalian menceritakan ulah setan yang mempermainkan dirinya dalam alam mimpi.” (HR Muslim)

Diantara mimpi buruk adalah mimpi gigi patah karena jika ini terjadi dalam kehidupan nyata maka tentu akan terasa sakit.   

Tentu sebagai orang yang beriman dilarang untuk mengimaninya. Bahkan bila mimpi buruk itu benar diyakini sehingga malah menumbuhkan sikap yang linier terhadapnya, bisa jadi akan terjerumus pada sikap khurafat. Sikap yang mempercayai mitos-mitos atau berita bohong. Khurafat sendiri konsekwensinya adalah kesyirikan.

Maka mimpi itu sendiri tidak bisa dijadikan sebagai hujjah. Setelah syariat Nabi Muhammad SAW, mimpi tidak bisa lagi menjadi hujjah untuk sebuah hukum sebagaimana terjadi di zaman Nabi Ibrahim AS. Imam Asy-Syathibi dalam Al-I’tisham menegaskan, “Sesungguhnya mimpi dari selain para Nabi secara syara’i tidak boleh dijadikan landasan untuk menghukumi perkara apapun, kecuali setelah ditimbang dengan hukum syariat. Apabila diperbolehkan maka bisa diamalkan. Bila tidak diperbolehkan maka wajib ditinggalkan dan berpaling darinya. Faidah dari mimpi tersebut hanyalah memberi kabar gembira atau peringatan; adapun menentukan sebuah hukum dengannya maka tidak boleh sama sekali.”

Adab Ketika Mimpi Buruk

Dan Islam telah memberikan bimbingan tentang beberapa hal yang harus dilakukan oleh orang yang bermimpi buruk, salah satunya agar tidak menceritakan kepada orang lain. Nabi SAW bersabda,“Ketika kalian mengalami mimpi buruk, hendaknya ke kiri tiga kali, dan perlindungan kepada Allah dari setan dan dari mimpi buruk . Kemdian, jangan ceritakan mimpi itu kepada siapapun, maka mimpi itu tidak akan memberikan dampak buruk padanya.” (HR.Muslim)

Oleh karena itu, seseorang yang bermimpi buruk tidak usah peduli dengan mimpinya tersebut. Jangan pula berasumsi bahwa mimpi tersebut adalah tanda akan ada orang yang meninggal dunia atau pertanda sial lainnya. Karena semua kejadian di dunia ini baik atau buruk, Allah lah yang menakdirkannya, tidak ada izin dengan mimpi buruk seseorang, tidak ada izin dengan hari atau angka sial.

Pemahaman seperti ini selain bertentangan dengan Islam juga tidak sejalan dengan logika sehat. Sayangnya banyak orang yang pintar dan berpendidikan tinggi, tetapi memiliki keyakinan-keyakinan pertanda sial seperti itu. Pintar membuat pesawat tetapi menghilangkan bangku nomor tiga belas dari pesawatnya.

More To Explore

bantuan pondok pesantren

Berawal dari Koin, Berkah untuk Santri di Ngaliyan

Bulan November 2024 kemarin menjadi momen berharga bagi santri di dua pondok pesantren di Ngaliyan, Semarang. Yayasan Islam Amanah Darul Hisan kembali melanjutkan komitmennya untuk

guru

Dilema Guru, Tegur Murid Dikriminalisasi

Pendisiplinan terhadap murid oleh guru di era sekarang ini begitu berbeda dengan masa lalu. Menjadi hal lumrah pada jaman dulu bila dijewer, bahkan dipukul oleh

Bersama Koinmu,
Darul Hisan Hadir untuk Ummat