Sedari awal, jenis makanan western steak atau daging panggang adalah jenis makanan mahal, namun tidak ketika Waroeng Steak and Shake hadir. Waroeng Steak and Shake merupakan pionir restoran steak dengan harga terjangkau dan makan steak pakai nasi. Di balik kesuksesan restoran ini, ada sepasang suami istri, Jody Brotosuseno dan Siti Hariyani atau Aniek. Jody dan Aniek sukses menjadi pengusaha kuliner dengan mendirikan Waroeng Steak and Shake dengan ratusan cabang yang tersebar di seluruh Indonesia. Per Februari 2022 lalu, Waroeng Steak and Shake mencatatkan pendirian 107 cabang dengan 1.500-an karyawan dengan omzet Rp. 500 juta untuk setiap gerainya atau total mencapai Rp. 50 miliar per bulan.
Selalu optimis
Dulu, ketika mencoba membuka cabang kedua, usahanya gagal. Namun Jody tidak menyesal karena menyakini kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Akhirnya dia menjajal jualan steak, dengan merekrut 2 karyawan. “Kita berjualan dengan modal pas-pasan,” kata Jody, dikutip dari sebuah kanal YouTube.
Untuk modal awal, Jody terpaksa menjual motornya seharga Rp8,5 juta, di mana Rp7 juta digunakan untuk sewa tempat dan sisanya Rp1,5 juta untuk membeli motor bekas. Awalnya, mereka buka mulai pukul 12.000 hingga 21.00 WIB. Harga steak yang dijualnya pun murah sekali saat itu Rp3.500 hingga Rp5.000. “Biar orang datang dulu, profit enggak bisa besar, yang penting orang banyak datang,” ujar Jody.
Perjuangan selama enam bulan pertama, menurut Jody, sangat luar biasa. Omzetnya saat itu hanya sekitar Rp20.000 hingga Rp30.000, bahkan pernah tak ada pembeli sama sekali. Namun di bulan ketujuh, usahanya berkembang setelah diliput oleh media lokal Yogyakarta. Pembeli mulai banyak datang dan omzetnya bertambah. Dia akhirnya membuka beberapa cabang. Pada akhir Desember 2000, Jody memiliki 4 cabang hingga kini cabangnya lebih dari 100.
Sedekah dan do’a
Dia menceritakan, rahasia Waroeng Steak and Shake sukses terletak pada kekuatan doa dari seluruh karyawannya. Selain itu, juga kegemarannya bersedekah. “Sedekah membuat usaha kita semakin besar. Kita ngasih sedekah ke pinggir jalan, jangan lupa minta didoain. Kekuatan doa ini jadi kekuatan kita untuk membesarkan usaha-usaha kita,” ujarnya.
Dia menuturkan, karyawan Waroeng Steak and Shake juga harus memiliki kebiasaan yang baik sesuai dengan anjuran agama. Salat tepat waktu, tidak merokok, belajar mengaji hingga rajin bersedekah. Kebiasaan baik ini perlahan diterapkan agar proses bisnisnya lebih berkah. Bahkan, Waroeng Steak and Shake memiliki hari sedekah nasional setiap 27 April untuk kemaslahatan ummat. Pada hari itu, dia menyedekahkan omzet bisnisnya 1 hari dan mengajak pihak lain seperti supplier, karyawan hingga pelanggan untuk ikut beramal. “Kekuatan sedekah itu membuat usaha kita makin besar. Apapun bentuknya, bisa usaha besar, badan sehat. Kalau kita kasih sedekah ke pinggir jalan, jangan lupa minta doain. Kalau ada karyawan punya masalah ramai-ramai kita doain bareng-bareng,” ucapnya.
Sukses di bisnis, Jody pun membangun pesantren SahabatQu yang fokus pada kegiatan menghafal Alquran. Pesantren ini terletak di Yogyakarta. Dia menerapkan prinsip spiritual company dalam usahanya. Dia terinspirasi dari konsep pesantren yang menurutnya patut dicontoh. “Saya lihat konsep pesantren itu keren. Setelah shalat, semua santri doain keluarga, donatur. Kalau saya punya pesantren semuanya doain, ini luar biasa. Ini spiritual company yang saya mau capai. Enggak usah bikin pesantren, saya punya karyawan 1.500 orang jadikan ‘santri,” kisahnya.